+62 (21) 7200111

PUBLICATIONS

A Beautiful Mind

A Beautiful Mind

Kecintaan pada arsitektur dan dunia interior telah menghantar dirinya untuk mendapatkan beragam penghargaan internasional. Di sela-sela kesibukannya Founder/President dari SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES ini menceritakan berbagai pengalaman yang pernah ia rasakan kepada tim Home & Décor secara eksklusif.

Bagaimana pendapat Anda mengenai perkembangan dunia arsitektur di Indonesia?

Perkembangan dunia arsitektur di Indonesia cukup menjanjikan didukung oleh perkembangan dunia konstruksi yang cukup agresif. Tapi Indonesia masih memerlukan koleksi proyek “iconic” yang didesain oleh award-winning architect sebagai kebanggaan negara yang bisa menarik turis luar negeri dan juga mendatangkan devisa. Untuk itu kadar apresiasi masyarakat terhadap suatu karya harus ditingkatkan melalui wawasan yang cukup luas.

Sebagai orang Indonesia, apakah Anda pernah mencoba untuk memasukkan unsur-unsur Indonesia ke dalam proyek Anda?

Sebetulnya di arena globalisasi semua saling membaur tanpa adanya suatu Batasan tertentu. Unsur Indonesia juga sangat luas pengertiannya dan bisa saja dimasukkan dalam desain bila situasi dan kondisinya memungkinkan. Tapi saya tidak mau mengotakkan suatu visi desain berdasarkan unsur local semata karena suatu karya yang inovatif harus lepas tanpa dikekang atau dibatasi.

Dalam menciptakan karya-karya Anda, apakah Anda mempunyai ciri khas?

Ciri khas saya dalam berkarya adalah ekspresi desain yang tertuang dalam suatu bentuk bebas dan tidak terikat. Dengan sendirinya setiap karya yang tercipta memiliki karakter khusus serta keunikan tersendiri dengan membawa pesan yang dalam. Jadi diperlukan suatu kejujuran dari hati saat menciptakan suatu karya yang berjiwa.

Di antara banyaknya pengalaman yang menyenangkan, pasti Anda juga pernah mengalami masa-masa ‘kelam’ sebelum mencapai kesuksesan. Bisa tolong diceritakan apa saja yang anda alami di masa-masa tersebut dan bagaimana Anda bisa bertahan melewatinya?

Masa kurang menyenangkan lebih menyangkut pada masalah politik dan non-tenkis daripada masalah desain itu sendiri. Dasar ‘kode etik’ pada prakteknya tidak jelas mana yang benar dan mana yang melanggar. Yang saya bisa lakukan adalah untuk tetap bertahan di jalur yang benar serta selalu konsisiten dalam berkarya sehingga pembuktian dan pengakuan hanya masalah waktu belaka.

Bagaimana proses pencapaian Anda sampai berada di titik ini dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi karier Anda sebagai seorang arsitek?

Suatu proses pencapaian menurut saya tidak boleh berhenti di suatu titik tertentu. Bila proses pencapaian tersebu tberhenti, maka kelahiran suatu karya yang memberikan inspirasi juga akan terhalang. Saya ingin terus belajar dan berkembang menciptakan karya-karya yang selalu baru. Salah satu tokoh arsitek yang saya kagumi adalah Frank Gehry yang tidak pernah berhenti berkarya dan tetap produktif pada usia senja. Tidak ada kata “retired” untuk seorang arsitek.

Bisa tolong anda jabarkan mengenai presentasi Anda yang berjudul “Music Architecture” di World Architecture 2008 yang lalu?

Pada waktu syaa diundang selaku invited speaker untuk World Architecture Congress, saya merasa harus menampilkan sesuatu yang beda di antara nama-nama besar seperti Tadao Ando, Bernardo Fort-Bresica, Philip Cox, dan banyak pakar-pakar arsitek lainnya. Berhubung saya juga seorang musician/composer/arranger di samping profesi arsitek, maka topik “Music Architecture” lahir secara alamiah berdasarkan pengalaman pribadi. Jadilah suatu tema original yang cukup unik dan mendapat respons yang baik oleh para peserta.

Pada saat melakukan presentasi, Anda juga menyelipkan sebuah lagu di tengah-tengah presentasi tersebut. Bagaimana ide ini bisa terlintas dalam benak Anda?

Filosofi saya adalah “Composing in Architecture is like Designing in Music” sehingga proses mencipta suatu karya arsitektur sama dengan proses mencipta suatu lagu. Jadi karakter dari lagu yang saya selipkan mempunyai jiwa yang sama dengan karya arsitektur yang akan dipresentasikan. Pengamat akan dibawa ke suatu dunia imajinasi bagaikan menonton suatu film yang didukung oleh ilustrasi music yang serasi. Buktinya banyak peserta konferensi yang mendatangi saya setelah selesai presentasi untuk menanyakan secara detail informasi lagu-lagu dan hubungannya dengan karya-karya arsitektur saya.

Mengapa Anda menerapkan filosofi “Composing in Architecture is like Designing in Music”. Bukankan dunia musik dan dunia arsitektur bisa dibilang sebagai dua dunia yang sangat berbeda. Bagaimana tanggapan Anda mengenai hal ini?

Justru menurut saya musik dan arsitektur sangat erat hubungannya. “Music is liquid architecture; Architecture is frozen music” – Johann Wolfgang von Goethe. Jadi sangat tidak tepat tentang pendapat bahwa musik dan arsitektur adalah dunia yang sangat berbeda. Bagi saya, proses membuat komposisi suatu arsitektur sama dengan proses membuat rancangan suatu musik. Musik dan arsitektur merupakan disiplin yang saling mengisi satu sama lain dan tidak terpisahkan.

Di tahun 2011, Anda kembali mengharumkan nama Indonesia di mata dunia di ajang World Architecture Festival & Inside World Festival of Interiors. Bisa tolong diceritakan mengenai karya Anda yaitu favour@central?

Saya mengucapkan syukur karena karya saya FAVOUR@CENTRAL mendapat penghargaan sebagai pemenang setelah bersaing dengan peserta lebih dari 35 negara. Suatu penghargaan internasional yang cukup membanggakan karena karya saya berhasil menembus area globalisasi dan merupakan suatu pengalaman yang sangat berkesan kala malam penganugerahan penghargaan pada puncak acara festival di Barcelona, Spanyol.

FAVOUR@CENTRAL terpilih sebagai People’s Choice Award 2011 pada ajang tersebut. Bisakah Anda memberitahukan kepada kami bagaimana cara Anda memasukkan pesan ke dalam karya Anda sehingga membuat orang-orang yang menyaksikannya dapat melihat pesan tersebut?

Prinsip saya dalam berkarya adalah menyampaikan pesan melalui ekspresi arsitektur yang mengandung arti. Diharapkan orang yang mengamati akan menyelami makna yang terkandung di dalamnya dan mengambil hikmahnya. Terciptalah suatu dialog antara arsitektur dan manusia melalui Bahasa arsitektur beserta ekspresi yang ditampilkan.

Anda mendapatkan HDII Award 2012 di kategori instutusional. Bagaimana Anda memandang penghargaan ini?

Saya sangat menjunjung tinggi penghargaan ini dan merupakan suatu pengukuhan karya pada ajang internasional maupun nasional. Saya juga sangat terkesan dengan sambutan dunia desain Indonesia dalam menilai karya yang berbobot seiring dengan penghargaan dari dunia desain internasional.

Apakah Anda bisa menceritakan kepada kami mengenai proyek terakhir yang telah dikerjakan oleh SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES?

Proyek SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES yang baru saja Grand Opening antara lain STAIRWAY FROM HEAVEN, MSC SCHOOL, VISION CITY, serta beberapa proyek Hotel, apartemen, dan office yang masih dalam masa konstruksi.

Tantangan menarik apa yang selalu dihadapi oleh seorang arsitek pada saat ini?

Tantangan utama seorang arsitek adalah menjembatani antara idealisme dengan keinginan pasar. Diperlukan edukasi dan interaksi yang baik dengan client untuk win-win solution. Bagaimana menghasilkan suatu award-winning design yang juga sekaligus good design is good business!

Apa yang harus diperhatikan oleh seorang arsitek saat mereka merancang sesuatu?

Selain semua unsur fundamental yang harus terpenuhi, suatu karya yang fenomenal harus dirancang dengan hati sehingga mempunyai jiwa pada rancangan tersebut. Sebagai penutup saya kutip apa yang dikatakan Frank Gehry: “For the ones who are trying to create buildings, the hardest thing for them to understand is that if they don’t let their own feelings and expression come out in their work, they’re doing a disservice.” Jadi pesan saya: “Express yourself!”

Post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES - All Rights Reserved