+62 (21) 7200111

PUBLICATIONS

Alunan Desain

Alunan Desain

Arsitek eksentrik penggemar jazz ini paham bagaimana menyuarakan visi desainnya tanpa harus banyak bicara. Ia mewujudkan arsitektur seperti memainkan partitur.

Samuel A. Budiono adalah satu dari sedikit arsitek yang merasa lebih baik menyampaikan visi arsitekturnya ketimbang mengumbar kehidupan pribadinya. Sebagai pribadi, ia terbilang pelit membagi sisi yang satu ini. Padahal dengan mengenali sisi pribadinya, siapapun yang melihat karya arsitekturnya akan lebih mudah memahami karya-karya desain bangunannya. Tapi Samuel menapik pendapat tersebut.

“Bagi saya, bangunan itu sendiri seharusnya sudah bisa bercerita,” ujarnya saat kami menemuinya di Hotel Fairmont Jakarta. “Lewat arsitektur yang didesain, orang seharusnya bisa menangkap misi dan cerita sang arsitek.” Arsitek penggila musik jazz ini meyakini hal itu. Baginya, pesan bisa disampaikan lewat desain.

“Saya ingin saat orang melihat desain arsitektur saya, mereka bisa melihat arsitektur yang bercerita. Arsitektur bahkan bisa menyanyi dan menari,” ujar Samuel, memperupamakan. Ia lalu mencontohkan salah satu desain arsitekturnya yang pada 2011 lalu mendapatkan penghargaan ‘People’s Choice Award’ dalam World Architecture Festival & INSIDE World Festival of Interiors di Barcelona, Spanyol.

“Di dalamnya ada performance, musik, tata cahaya. Desainnya hidup. Itu yang ingin saya sampaikan. Seolah-olah arsitektur juga bisa menikmati musik dan cahaya.” Pendiri sekaligus President dari biro arsitek SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES tersebut percaya bahwa sebuah desain arsitektur harus mampu berinteraksi dengan pengamatnya.

Peraih gelar Master of Architecture & Bachelor of Science in Architectural Studies dari University of Wisconsin ini benar-benar meyakini bahwa arsitektur harus ‘hidup.’ Samuel yang pernah mendapat pelatihan bidang arsitektur dari Europe Study Program di Paris dan Berlin mengamini bahwa sebuah disain bangunan haruslah mampu menyampaikan misi sang arsitek, sehingga bisa lebih abadi.

Samuel yang juga pernah mengenyam pendidikan bidang arsitrektur di Universitas Parahyangan Bandung, memulai biro arsiteknya pada tahun 1986 di Shorewood, Wisconsin Amerika Serikat. Dia lalu bergabung dengan proyek-proyek besar lain di California.

Enam tahun kemudian, bersama mitra bisnis yang menjadi istrinya, Yatty L. Budiono, M.Arch, Ir, IAI, Samuel mendirikan bironya di Surabaya. Pada tahun 2007, mereka mendirikan biro Jakarta untuk menangkap peluang proyek-proyek berskala global. Kemampuan Samuel dan timnya menerjemahkan kebutuhan klien, tujuan bisnis dan rencana strategis mereka, mengukuhkan bisnis biro arsitek Samuel. Sembilan puluh persen dari kliennya merupakan klien yang pernah memakai jasanya sekaligus referensi dari mantan kliennya.

“Setiap proyek memang didisain personal untuk setiap klien. Saya sendiri terlibat dalam setiap fasenya. Saya juga harus memahami budaya Asia, lalu mengombinasikan semua pengalaman saya di Amerika dan di Asia, agar bisa memperkaya dan memperdalam perspektif saya dalam mencari solusi yang dibutuhkan klien,” kata Samuel.

“Saya ingin meninggalkan kesan yang mendalam pada disain arsitektur saya. Jadi saat orang melihat bangunan-nya, mereka tidak hanya lihat gedung, tetapi juga bisa berpikir, menerjemahkan visi dan misi saya sebagai arsitek.”

“Saya tidak ingin, orang yang melihat disain saya berpikir bahwa saya mengaburkan sesuatu. Karena itu saya membuat disain yang jujur, dinamis dan progressive. Saya ingin lebih timeless,” ujar Samuel. Pemenang penghargaan World Architecture Award 2015 ini juga menolak mengikuti trend dalam arsitektur.

“Saya ingin disain saya tarnpil apa adanya. Karena sebuah arsitektur itu harus jujur dan tampil dari dalam hati. Jangan sampai direkayasa dan menyimpan hidden agenda. Jika sebuah disain arsitektur bisa tampil jujur seperti ini, disain itu akan tahan lama.”

Menikmati disain arsitektur Samuel terasa bagaikan menikmati alunan musik jazz, yang kebetulan memang minat terbesar ayah dua anak ini, selain disain. Hebatnya, ia bukan sekedar pendengar jazz, tapi juga pianis jazz yang andal. Samuel juga komposer musik. Ia bahkan pernah memproduseri beberapa album jazz. Ia juga beberapa kali berkiprah dalam Java Jazz Festival dan berkolaborasi dengan musisi jazz kelas dunia, David Benoit. Penggemar pianis jazz Thelonious Monk ini berprinsip: “Composing in architecture is like designing in music.”

“Kemampuan bermusik saya, memberi sentuhan liris pada karya-karya arsitektur saya. Bentuk-bentuk yang bermelodi, harmonisasi dengan alam dan pola-pola ritmis yang berjiwa, selalu mengiringi proses kreatif saya,” tutur Samuel.

Menurutnya, minatnya dalam musik dan arsitektur tidak bisa dipisahkan.

“Keduanya saling mengisi sehingga bisa mernbentuk harmoni yang selaras,” kata pria yang gemar mengunjugi North Sea Jazz Festival.

”Jazz kental dengan improvisasi dan eksplorasi hal-hal baru. Arsitektur saya pun demikian. Spontan, lepas, tanpa rekayasa. Saya sangat suka mendesain bangunan yang secara visual mampu menstimuli penikmatnya,” kata Samuel yang juga piawai membidik obyek lewat lensa kamera.

“Sejak muda saya memang merasa lebih artistik daripada kedua saudara saya,” ujar pria yang enggan mengikuti jejak ayahnya menjadi dokter.

“Musik, gambar, disain, fotografi, arsitektur, bagaikan sudah mengalir dalam diri saya. Bagi saya disain sudah seperti mendarah daging dalam diri saya. Dan saya memilih arsitektur karena bidang ini mencakup semua bidang seni yang saya minati,” kata Samuel.

“Saya juga tidak membatasi diri dalam hal mengerjakan assignmet atau project. Saya anggap semuanya unik, sama seperti jazz itu sendiri. Karena justru di situ letak tantangan nya. Saya justru lebih suka proyek yang pertama kali saya kerjakan karena saya bisa mencurahkan segenap diri saya pada proyek tersebut,” tutup Samuel.

TENTANG LEADERSHIP

“Sebagai arsitek saya harus terlibat dalam semuanya, terutama jika menyangkut disain saya. Saya bisa menjadi drafter, fotografer atau apapun. Jika sebagai leader Anda tidak terlibat dalam tiap detilnya, hasil proyek Anda tidak akan maksimal. Tapi Anda perlu transfer ilmu kepada tim Anda karena sebagai arsitek Anda tidak bisa bekerja sendiri.”

TENTANG BRAND

“Bagi saya dedikasi itu sangat utama dalam memperkuat brand image biro arsitektur Anda. Berikan yang terbaik kepada klien. Beragam penghargaan yang Anda terima juga bisa menjadi satu bukti nyata. Dan itu bisa menjadi cara marketing secara alami Dengan begitu, hasil kerja saya akan berbicara sendiri tanpa harus digembar gemborkan.”

TENTANG PENGHARGAAN

“Penghargaan untuk seniman dan arsitek di Indonesia masih sangat kurang. Kalau kita ke Spanyol, arsitek bangunan dan fotografernya bahkan disebut. Kita harus belajar bagaimana menghargai seniman dan arsitek. Kita tidak bisa tinggal diam. Yang paling mudah dilakukan adalah sosialisasi lewat media cetak maupun elektronik. ltu juga bagian edukasi masyarakat.”

TENTANG KESEIMBANGAN HIDUP

“Bidang ini membuat saya merasa menjadi manusia yang seimbang. Semua yang saya lakukan saat ini saya sukai. Saya tidak perduli jika harus begadang sampai pagi, karena saya memang suka bidang ini. Sama sekali tidak ada paksaan. Tapi karena saya mewujudkan sesuatu, saya juga tidak bisa santai-santai.”

TENTANG TRAVELING

“Saya gemar travelling dan mengunjungi iconic architecture di Eropa dan Amerika. ltu bagian dari pembelajaran. Anda tidak bisa hanya melihat dari buku dan mendengar kata orang. Anda harus mengalami dan melihatnya. Setelahnya ilmu Anda langsung bertambah dan bisa Anda share kepada yang lain.”

Post a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES - All Rights Reserved