Explore The Freedom
Ketika seorang seniman menguasai dua bidang seni secara kuat, hasil kreasinya dapat memberi ‘getaran’ buat mereka yang menikmatinya. Samuel A. Budiono, M.Arch, BSAS, IAI telah membuktikannya. Musik dan arsitektur tidak terpisahkan dalam diri Samuel.
“Bagi saya, musik dan arsitektur terkait sangat erat, saling memengaruhi satu sama lain. Composing in architecture is like designing in music. Saat membuat desain, saya seolah-olah tengah menciptakan sebuah lagu. Bagaimana memilih lirik dan aransemen musik yang tepat agar bisa dinikmati oleh pendengarnya. Begitu juga dalam merancang suatu bangunan, tidak sekadar memenuhi unsur fungsi tapi juga harus nampak indah,” ungkap Samuel.
Bersama sang istri dan sekaligus partner, Yatty L. Budiono, M.Arch, Ir, IAI, Samuel memimpin SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES, perusahaan yang memberikan layanan penuh di bidang arsitektur, perencanaan, dan desain interior. Dari ‘kelincahan’ tangannya, cukup banyak karya arsitekturnya mampu meraih International Award maupun National Award.
BERPIKIR OUT OF THE BOX
Dunia musik dan rancang bangun menjadi bakat Samuel sejak kecil. Seiring perjalanan hidupnya, arsitektur menjadi pilihan ‘major’ yang tidak tergoyahkan hingga menyandang gelar Master of Architecture & Bachelor of Science in Architectural Studies dari University of Wisconsin -Milwaukee (UWM), USA. Selain itu, Samuel juga training di Europe Study Program -Paris & Berlin untuk mendalami Historical Architecture.
Di bidang musik, Samuel ‘jatuh cinta’ pada aliran jazz. Passion terhadap musik ditunjukkan dengan menyelami jazz improvisation. Semasa kuliah, dia pun terpilih menjadi pianis utama dalam UWM Jazz Big Band & Combo, dan merupakan satu-satunya musisi yang tidak berasal dari jurusan seni musik. Selepas menimba ilmu, Samuel bekerja pada salah satu perusahaan besar di Amerika Serikat. Di perusahaan tersebut, Samuel mendapat kepercayaan untuk menangani sebuah proyek besar (G to G project). Baginya ini menjadi tantangan yang harus ia jawab melalu konsep arsitektur yang kuat dan memiliki daya tarik tersendiri.
“Pada waktu itu, kami merancang konsep bertema The Lost City. Konsep yang bercerita tentang sebuah kota yang telah hilang ribuan tahun lalu, kemudian ditemukan kembali. Kami memenangkan Award dengan konsep yang innovative tersebut. Tugas arsitek adalah menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada sehingga memiliki tanggung jawab yang besar sekali. Dari membuat The Lost City inilah saya berpikir bahwa seorang arsitek harus berani membuat suatu karya yang unik. Berpikir out of the box dan jangan takut untuk membuat suatu ‘terobosan’ karena di situlah kunci bagi orang dalam melihat karya kita,” ulas pria yang murah senyum ini.
DESAIN YANG JUJUR DAN TIMELESS
Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri semakin terbuka tatkala Samuel bertemu dengan pemilik Milwaukee Bucks. klub basket yang berkompetisi di NBA (National Basketball Association) di Amerika Serikat. yakni Marvin Fishman. Kebetulan. keduanya sama-sama mempunyai interest pada musik jazz. Saat mengetahui bahwa Samuel juga seorang arsitek. Mr. Fishman langsung meminta Samuel untuk mendesain suatu bangunan di atas lahan miliknya. Yang menarik, lahan milik Fishman rupanya terletak di historical district di mana lokasinya bersanding dengan bangunan karya arsitek ‘legendaris’ Frank Lloyd Wright dan Louis Sullivan, jadi tidak sembarangan orang boleh mendesain bangunan di sana.
Segala kemampuan pun dikerahkan Samuel demi menciptakan sebuah desain yang bisa diterima bukan hanya oleh sang pemilik lahan, tapi juga masyarakat di distrik tersebut. Di Amerika Serikat, kata Samuel, arsitek mesti melibatkan melalui public hearing. Arsitektur hasil karya Samuel pun akhirnya sukses dibangun dan membanggakan karena berada pada historic preservation area yang sangat prestigious.
“Sebagai bentuk apresiasi, Mr. Fishman kemudian memberikan saya akreditasi di bangunan tersebut sebagai arsitek dengan nama SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES dan merupakan titik tolak saya menggunakan nama tersebut sebagai tempat berkarya dan memperluas jaringan,” kenang Samuel.
Seiring waktu. SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES terus berkembang dan banyak menangani proyek-proyek besar.
Beberapa hasil karya Samuel bahkan memenangkan Award di tingkat Internasional. Karya yang baik, menurut Samuel. harus lahir dari kejujuran dalam mendesain.
“Desain arsitektur sejatinya berasal dari dalam hati, jujur, dan tidak fashionable. Selama ini, saya berusaha untuk selalu membuat karya yang jujur dan timeless sehingga bisa dinikmati kapan saja tetap valid. Jangan membuat karya yang dipaksakan atau direkayasa. Desain harus lahir secara alamiah melalui ekspresi arsitektur yang memiliki suatu ‘statement’ sehingga pesan bermakna bisa disampaikan melalui karya yang hakiki. Jadi, fungsi dan keindahan karya arsitektur merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” jelas arsitek yang mengidolakan Frank Gehry, seorang arsitek yang berusia hampir 88 tahun namun masih sanggup menghasilkan karya yang fenomenal .
Untuk memperkaya referensi. Samuel senantiasa traveling ditemani sang istri ke berbagai penjuru dunia. Menurut Samuel. banyak hal yang bisa dipelajari dengan melihat bangunan-bangunan di berbagai negara, terutama yang memenangkan Award. “Buat saya, traveling bukan cuma jalan-jalan, tapi juga belajar. Saya kunjungi bangunan dengan arsitektur berbobot dan merasakan bagaimana ‘experience’ masuk dalam space yang diciptakan. Kemudian menganalisa untuk mendapatkan ‘feeling’ dampak dari skala bangunan terhadap sekelilingnya. Hal tersebut lebih dari sekedar kuliah dan tidak bisa dipelajari melalui buku saja,” imbuhnya.
Meski sudah mengoleksi berbagai penghargaan atas karya arsitekturnya, Samuel tidak pernah mengalami stagnasi. Dengan ‘bendera’ SAMUEL A. BUDIONO & ASSOCIATES. Samuel beserta istrinya terus berupaya menghasilkan karya yang inovatif.
“Seorang arsitek mesti mampu bersikap inovatif dan menjadi pioneer. Bukan ikut-ikutan. tapi harus one step ahead. Seperti Bank Mandiri yang menurut saya sudah bagus dan harus dapat terus mengembangkan diri. Layanan di segmen prioritas sejauh ini cukup baik, namun bukan berarti tidak perlu melakukan terobosan lagi. Mungkin ke depannya Bank Mandiri bisa bersinergi dengan bidang kesenian, khususnya musik dan arsitektur,” pungkas Samuel A. Budiono mengakhiri wawancara.
EXPLORE THE FREEDOM
Kebebasan atau freedom memang lekat bagi seorang musisi jazz. Ketika bermain, mereka bebas mengimprovisasi nada-nada. Sebagai musisi jazz, ekspresi kebebasan pun tidak dapat dilepaskan oleh Samuel dalam menciptakan suatu desain. Tangannya tidak saja lincah memainkan tuts piano, tapi juga lihai membuat sketsa di atas kertas gambar secara spontan.
“Jazz is freedom and I see architecture as jazz music. Dan berimprovisasi dalam dunia arsitektur pun sangat memungkinkan menurut saya. Justru dengan mengeksplorasi kebebasan, karya arsitektur menjadi lebih hidup. Bangunannya bisa ‘bernyanyi’ atau ‘berdialog’ sehingga tercipta interaksi dengan orang-orang yang sedang melihatnya,” ujar musisi yang sudah beberapa kali tampil di panggung Java Jazz Festival ini.